TAK ADA YANG HARUS

unnamedKata HARUS, menurut saya adalah sebuah kata yang bermakna cukup kuat. Ada tekanan dan rasa mengikat di dalamnya, walau mungkin hal ini hanya subyektifitas diri semata.

Jika diterapkan pada berbagai lini kehidupan sehari-hari, sebuah keharusan punya dimensi yang cukup dalam bagi saya. Harus, berarti tidak bisa untuk tidak dilakukan. Keharusan dalam hidup lebih dari sekedar butuh dan perlu, bila tidak dijalani akan berdampak yang tidak diinginkan.

Mungkin saya berlebihan, tapi bagi saya hal ini cukup mendasar, mengingat perspektif hidup yang kini saya jalani. Bagi seorang relativis awam seperti saya, kata harus jelas sangat menyiksa. Menurut saya, tidak ada satupun hal di dunia ini yang harus bagi manusia.

Hidup adalah sebuah pilihan dengan berbagai konsekuensi yang mengikutinya. Manusia adalah makhluk bebas dengan segala latar belakang, pengetahuan sekaligus harapan yang membentuk alam pikirnya. Kemudian, apa yang menjadi pikirannya tersebut akan dituangkan menjadi pola laku, kebiasaan, bahkan karakter yang melekat dalam dirinya.

gauge-pressure-myb

Keharusan pun sebenarnya merupakan sebuah pilihan, artinya ada kemungkinan untuk tidak dilakukan. Selintas, pikiran saya sendiri mendebat saya, “lalu bagaimana dengan keharusan manusia untuk bernafas?”

Lagi-lagi menurut saya yang amat subyektif ini, manusia sangat mungkin untuk memilih antara bernafas dan tidak bernafas. Buktinya, ada banyak kasus bunuh diri di kehidupan yang katanya berawal dari “keharusan” manusia untuk bernafas.

Kembali lagi pada pandangan yang saya pilih, bahwa TIDAK ADA YANG HARUS bagi manusia. Semua merupakan pilihan dan selalu mengandung konsekuensi. Semua berawal dari dalam diri sendiri.

Pandangan yang saya yakini memberikan gambaran bahwa makhluk hidup tidak didesain untuk hidup dalam keharusan. Arti dasar hidup saja menurut saya jauh dari paham yang menekan seperti keharusan. Kita semua adalah makhluk yang bebas.

Menurut saya, bila seseorang memahami betul konsep ini, maka tidak perlu lagi ada perasaan tertekan dan khawatir, terlebih lagi gangguan kejiwaan yang sering kita sebut stres. Ya, tapi apa daya saya, kita semua masih manusia yang tak lepas dari kelemahan dan pengaruh ilusi kehidupan.

Tidak ada salahnya untuk terus belajar. Tidak ada yang HARUS bagi kita.

Svaha.

Feature-2_Under-pressure